![]() |
promediavloggerjambi.com |
promediavloggerjambi.com,- Jan Potempa, seorang ahli mikrobiologi dari Universitas Louisville bersama dengan tim penelitiannya menemukan bakteri penyakit gusi bisa menjadi penyebab Alzheimer. Hal ini berdasarkan temuan porphyromonas gingivalis alias penyakit gusi di dalam otak pasien Alzheimer yang meninggal.
Para peneliti menemukan indikasi penyebab baru penyakit
Alzheimer. Penyakit yang menandakan turunnya fungsi otak seperti untuk
mengingat dan berfikir itu selama ini diduga hanya disebabkan kondisi penuaan
otak.
Jan dan tim penelitinya bukan menjadi yang pertama
mengaitkan radang gusi sebagai pemicu Alzheimer. Stephen Dominy seorang ahli
kedokteran yang fokus pada penyakit Alzheimer, parkinson, down syndrome dengan
demensia, hingga penyakit gangguan neurodegeneratif lainnya, telah lebih dulu
melakukan uji coba terkait itu.
"Penyakit infeksius telah terlibat dalam perkembangan
dan progresi penyakit Alzheimer sebelumnya, tetapi bukti kausalitasnya belum
meyakinkan," kata Dominy saat itu dilansir Science Alert, Senin
(9/6/2025).
Dalam percobaan terpisah dengan tikus, infeksi oral dengan
patogen menyebabkan kolonisasi otak oleh bakteri, bersamaan dengan peningkatan
produksi amiloid beta (Aβ), protein lengket yang umumnya dikaitkan dengan
Alzheimer.
Stephen Dominy melalui perusahaan rintisannya Cortexyme
telah menemukan bukti infeksi pada gusi atau area mulut juga menjadi salah satu
penyebab Alzheimer. Namun, ia mengakui belum menemukan bukti-bukti pendukung
terhadap keterkaitan itu, meski telah menemukan arah keterkaitannya.
"Sekarang, untuk pertama kalinya, kami memiliki bukti
kuat yang menghubungkan Gram-negative pathogen, yakni P. gingivalis dan
Alzheimer's pathogenesis," tegas Dominy.
Penting dicatat pula, Dominy menemukan gingipains dari
Porphyromonas gingivalis di otak orang yang telah meninggal namun tidak pernah
didiagnosis menderita Alzheimer. Kondisi ini memicu pertanyaan apakah penyakit
gusi menyebabkan Alzheimer, atau apakah demensia menyebabkan perawatan mulut
yang buruk.
Lebih jauh lagi, suatu senyawa yang diformulasikan oleh perusahaan Dominy yang disebut COR388, terbukti dalam percobaan terhadap tikus dapat mengurangi jumlah bakteri pada infeksi otak P. gingivalis, sambil juga mengurangi produksi amiloid-beta dan neuroinflamasi.
Tapi, percobaan formula dari Cortexyme itu belum pernah
diujicobakan terhadap manusia. Kendati begitu, komunitas penelitian AD bersikap
optimistis dengan tetap hati-hati dalam mencari obat terhadap penyakit
Alzheimer ataupun Demensia.
"Identifikasi kami terhadap antigen gingipain di otak
individu dengan AD (Alzheimer's disease) dan juga dengan patologi AD tetapi
tidak ada diagnosis demensia menunjukkan bahwa infeksi otak dengan P.
gingivalis bukanlah akibat dari perawatan gigi yang buruk setelah timbulnya
demensia atau konsekuensi dari penyakit stadium akhir, tetapi merupakan
peristiwa awal yang dapat menjelaskan patologi yang ditemukan pada individu
setengah baya sebelum penurunan kognitif," sebagaimana tertulis dalam dokumen
penelitian Dominy.
"Obat yang menargetkan protein toksik bakteri sejauh ini hanya menunjukkan manfaat pada tikus, namun tanpa adanya perawatan demensia baru dalam lebih dari 15 tahun, penting bagi kita untuk menguji sebanyak mungkin pendekatan untuk mengatasi penyakit seperti Alzheimer," komentar kepala ilmiah David Reynolds dari Alzheimer's Research dalam sebuah pernyataan . sumber : CNBCIndonesia (Red : Tazky)
0 Komentar